Tarian Jaranan Kuno di Festival Lembutan : Revitalisasi Kesenian dan Kearifan Lokal Desa Balesari

Penulis : Ivan Dwi Arizki

 

 

Kelompok Seni Wahyu Cokro Manggolo Menampilkan Tari Jaranan Kuno guna menghidupkan kembali kearifan seni tari tradisional dalam rangka memeriahkan Festival Lembutan Bansari ke-5 di Dusun Mranggen Tengah, Desa Mranggen, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung. Kamis (1/8).

 

Sebagai upaya menjaga kelangsungan tradisi turun-temurun, para petani di Dusun Mranggen Tengah, Temanggung, mengadakan Festival Lembutan dengan tema "Sata Nara Kisma". Kirab seribu tumpeng menjadi tanda dimulainya festival di lereng Gunung Sindoro. Petani membawa gunungan dan tumpeng sambil berdoa memohon keselamatan dan kesejahteraan.

 

Festival tersebut dilakasanakan dalam waktu 3 hari berturut turut mulai tanggal 1 Agustus sampai 3 Agustus 2024. Festival Lembutan menyuguhkan penampilan kesenian tradisional dari desa – desa di Kecamatan Bansari. Desa Mranggen Tengah, Mranggen Kidul, Rejosari, Candisari, dan Balesari mendapat giliran di hari pertama untuk menampilkan kesenian tradisional. Desa Balesari menampilkan pertunjukan kesenian tradisional yaitu Jaranan Kuno.

 

Jaranan Kuno merupakan kesenian yang berasal dari Dusun Boresan, Desa Balesari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung. Kesenian ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk melestarikan budaya dan memperkuat kesenian tradisonal. Kesenian Jaranan Kuno merupakan tarian peninggalan dusun Boresan pada tahun 1965 yang menceritakan prajurit kerajaan Brawijaya melawan Ankara Murka yang diartikan perlawanan hawa nafsu.

 

Niki tarian asli Boresan, dulunya itu sekitar tahun 65 di Dusun Boresan enten tarian jaranan niki (Jaranan Kuno), tarian niki coro dene nyeritakke prajurit Brawijaya melawan Ankara Murka” kata ketua kelompok kesenian Wahyu Cokro Manggolo, Bapak Sri Widodo. Kamis (1/8)

 

Dalam tarian ini terdapat tiga karakter penari yaitu pemimpin kelompok yaitu Wiropati, Wiroyudho, dan Prajurit. Kata Sri Widodo. Kamis (1/8).

 

Kelompok Seni Wahyu Cokro Manggolo yang merupakan kelompok seni di Desa Balesari membawakan Tarian Jaranan Kuno sebagai upaya kelompok kesenian tersebut untuk menghidupkan kembali kesenian peninggalan Desa Balesari.

 

Tujuane niku nguri uri kabudayan dan kesenian jawa supados mboten punah” kata Sri Widodo. Kamis (1/8).

 

Sri Widodo menegaskan agar anak anak muda mempelajari kesenian kesenian tradisonal agar tidak punah. Ia juga berharap generasi penerus kelompok kesenian Wahyu Cokro Manggolo tetap melestarikan kesenian asli Desa Balesari khususnya Tarian Jaranan Kuno.


Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
chat
chat